Kamis, 08 Oktober 2009

Sajak De Ferdinan Saragih

BATAS AKHIR

kau senang melihat matahari pagi
lalu kau mulai berlayar
kau senang melihat bulan purnama
juga bintang yang ditemani malam
lalu kau mulai tidurmu


senang melihat matahari pagi
mulai berlayar
melihat bulan purnama
bintang yang ditemani malam
mulai tidurmu

matahari pagi
berlayar
bulan purnama
tidurmu

2009


SAJAK LANGIT

belum terusik kabut hujan
di antara tuan-tuan telah menodai
langit yang hanya diam memberi

di depan langit telah menanti
sang nujum negeri seberang
menopang hujan di antara pesta dansa tuan-tuan

langit melengking
hujan bergemuruh diantara tawa
serupa keping uang di atap rumah

dapat tuan sesalikah
bila langit berlarian pulang
kerumah Bapanya, di antara masa kecilnya?

Ledeng, 2009


PERMINTAAN

aku ingin hidup satu abad saja
berpijak di atas bumi satu abad saja
mengapdi satu abad saja
berkarya di atas tanah satu abad saja

ingin kubahagiakan orang tuaku
segenap daya dan kemampuan

ingin kucerdaskan segenap bangsaku
segenap ilmu dan pikiran

kiranya Tuhan memberiku satu abad saja
menghisap dan menghembuskan nafas
melihat mentari disiang hari
bulan dimalam hari

Setia Budhi, 2008


DETIK DAN INGATAN

aku masih ingat
ketika bersama tangkai daun dan akar
melewati tahun-tahun lalu
menyalakan kembang api
yang diberikan malaikat

terasa janggal kutelusuri akhir tahun
hanya aku di jagad
bersama ingatan yang masih berbuah rindu

kapan laut dapat kukeringkan
bersama dengan pulau kurapatkan
tak mampu lagi
hidup dalam kekeringan dari daun
akar yang selalu mengelirkan kasih sayang

Bandung, 2009

BIODATA SINGKAT
De Ferdinan Saragih, lahir di Sigodang, Simalungun, 4 desember 1988. Belajar di jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI Bandung. Bergiat di komunitas Pengejakata. karyanya pernah di publikasikan di beberapa media, dan tergabung di dua buku antologi bersama.


Read more "Sajak De Ferdinan Saragih..."

Sajak-sajak Cinta

DI ANTARA MIMPI

di antara tawa ada dukaku
menyelinap pada hari penuh
dari cinta lesu dalam congkak
hatiku bergelora mencintaimu
dikejauhan aku mengagumimu
karena cintaku tak akan berhenti

mengalir
jadi tolong
temui aku dalam mimpimu
di sana kuungkapkan segala cinta
malam yang jadi saksi

Setia Budhi, 2009


ABADI

dalam ragaku masih menancap citamu
akarakar berbaur penuhi ruang
tunggang serabut jadi satu
tak tercabut selama masih ada waktu

berpaling tak akan terjadi
semua tak akan sirna dari hati
di akhirat mungkin tetap saja ada
selama aku merasakan
bahwa aku nyata

Setia Budhi, 2008


30CM

kau mendekapku
serupa anjing
di halaman rumah kita
memaksaku menjadi anjing jantan
jangan
aku tidak akan
mengulang rublik media
selepas kasih sayang
kepiluan bersama kita berdua
biarlah
jarak kita 30cm saja
tanpa pertemuan raga
karena belum masanya

Ruang Karya, 2009


ANGIN

aku masih menunggumu di gerbang
menuju ruang kelam kita dulu
di setiap sudut ruang itu
tinggal kesetiaanmu
apakah dulu kau lupa bawa
atau kesengajaanmu

mungkin di ruang ini Ada penyesalan
ketololan yang sembrautan
kenikmatan penuh kabut
aku tak perduli tentang itu
aku hanya ingin kesetiaanmu yang dulu
serupa angin

Lembang, 2009


DIKEMATIAN

dalam kesunyian malam
aku tidur menghadap bulan
sendiri
melewati hari

pagi sudah beranjak siang
siang jadi malam
namun bayangmu belum juga datang

tujuh hari, tujuh malam
semua terlewat hanya menunggu
berharap kau
menabur bunga
meneteskan air mata
mengungkapkan kata setia

Bandung, 2008


BIODATA SINGKAT
De Ferdinan Saragih, lahir di Sigodang, Simalungun, 4 desember 1988. Belajar di jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI Bandung. Bergiat di komunitas Pengejakata. karyanya pernah di publikasikan di beberapa media, dan tergabung di dua buku antologi bersama.


Read more "Sajak-sajak Cinta..."

Sajak-sajak Tentang Negri

180 DERAJAT

udara masih pagi
lekaslah keluar
menghisap dan menghembuskan
nafas-nafas baru


tak lama lagi kau dapat menikmati
jarum jam
belum lagi melewati 180 derajat
udara pagi akan lenyap

2009

KELUHAN DAUN

dipersimpangan malam
daun telah menjelma roh Yang kesesakan
menghirup udara bumi yang ganas
dan garang
dalam kelayuannya dia mengeluh
“apa benar ada surga
kalau ada, bawa aku kesana.
manusia di sini tak adil,
aku selalu memberinya kesejukan
tapi dibalasnya dengan kesesakan”
ucapnya dipertemuan,
di sela kabut
yang selalu gentayangan

Bandung, 2009


PERIBAHASA

di mana bumi di pijak
di situ langit dijunjung
itu hanya pribahasa
yang mati dalam jiwa bangsa
entah berapa tahun silam

bukan karya bangsa yang di lirik
atau di anggap gengsi
tapi malah berbalik
dengan angkuhnya
menggunakan produk luar
di negri sendiri

di mana cintamu
kau bukan yang dulu lagi

Bandung, 2009


BIODATA SINGKAT
De Ferdinan Saragih, lahir di Sigodang, Simalungun, 4 desember 1988. Belajar di jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI Bandung. Bergiat di komunitas Pengejakata. karyanya pernah di publikasikan di beberapa media, dan tergabung di dua buku antologi bersama.


Read more "Sajak-sajak Tentang Negri..."

Cerpen MENUSUK SUKMA

Hidup ini memang dramatis, seraya kembali kepada beratus-ratus tahun yang lampau, pada zaman sitinurbaya. Aku tak dapat mempercayainya, ketika dia sudah menjadi milik seorang politikus, yang umurnya sudah begitu tua, muka yang bengis seraya parlente selalu terpancar olehnya.

Ini semua kualami ketika kuliahku berhenti ditengah jalan, memang penyakit yang begitu berat membuatku tak dapat meneruskan tahapan masa depan itu, sehingga aku terpaksa meninggalkan bangku kuliah dan kembali ke Sumatera untuk berobat jalan sesuai dengan anjuran Dokter yang memeriksaku.


“Amang, kamu pulang aja ke Medan, supaya kamu bisa berobat jalan, hingga kesehatanmu pulih kembali!” itulah kata-kata terakhir Ibuku saat mengetahui kesehatanku yang semakin kritis di Bandung. Perasaan sedih terasa berkurang, saat ibuku melanturkan kata-kata itu, untuk menyuruhku pulang. Aku juga tidak ingin penyakit ini menemani hayatku hingga ajal menjemputku, terutama harus meninggalkan Mercly kekasihku.

Aku sangat sulit meninggalkan kota Bandung, kota pendidikan yang penuh ketenangan dan kesejukan, dimana ilmu yang masih tergantung terpaksa kutinggalkan, terutama cinta yang sudah begitu lama kurangkai begitu indah tanpa pernah ada cela, terpaksa juga kutinggalkan.

Di bandara Sukarno-Hatta, dengan berat Mercly melepasku. Kata-kata terakhir yang kuungkapkan, untuk tetap menjaga keutuhan cinta kami, dibalasnya dengan anggukan yang lunglai. Aku dapat merasakan kesedihan itu, karna jiwa kami sudah menyatu menjadi satu. Kini sayap cinta sudah tak dapat lagi terbang, oleh jarak yang semakin menjauh.

Sedih, perih, perasaan itu selalu menemani disetiap hari-hariku, ketiku di Sumatera. rasa rindu yang berlebihan tak luput dari pikiranku, apalagi jika teringat saat-saat bersamanya, yang teramat indah. Sedikitpun tidak pernah bisa kulupakan, Walau nyawaku kini semakin tak punya harapan untuk dapat bertahan lebih lama lagi, namun kisah ini akan terus kuingat hingga akhir hayatku.

Memang pada saat itu komunikasi sudah begitu modern. sampai-sampai rasa rindu, tak terlalu berat langsung tertimpa dibenakkku, namun itu tak bertahan lama, rasa bosan akhirnya datang menghampiriku, karna rinduku, rindu ingin berjumpa, bukan rindu kata-kata yang itu-itu saja.

Disaat malam datang, tidur tak segampang orang-orang, sepertinya mata tak ingin melihat kegelapan. Terbayang, lalu memutar-mutar waktu mengingat-ingat suatu hal yang indah tentang perjalanan cintaku, yaitu saat-saat bersamanya. hal yang paling yang tidak bisa aku lupakan, ketika pertama kali kucurahkan isi hatiku, didepan gedung Sate, dipinggiran lapangan gasibu, kota Bandung. kata-kata yang sudah begitu lama kupendam meletus dahsyat, semua terhambur tanpa tersisa satu hurufpun. saat itu juga ciuman pertamaku mendarat di keningnya yang indah dan mungil.

Di Sumatera, aku selalu mengikuti anjuran dokter dan berdoa supaya penyakit yang menemani hidupku pergi sejauh mungkin. aku selalu berharap bisa pulih kembali, sehingga aku dapat meneruskan kuliahku yang sudah lama kutinggalkan, terutama bertemu dengan Mercly kekasih hatiku.

dokter yang ada di Bandung telah memvonis penyakitku ini tak mungkin sembuh, tetapi aku sangat yakin kalau suatu saat nanti mujijat Tuhan pasti menghampiriku, karena Dokter itu juga manusia, sama sepertiku yang tidak pernah bisa menentukan batas umur seseorang.

Kini aku sudah merasa lebih sehat dari hari-hari sebelumnya. semua ini didorong oleh keinginanku yang begitu besar untuk bisa kembali ke bangku kuliah, hingga meraih gelar sarjana yang sudah lama terpendam disaraf-saraf otakku, karena gelar itu adalah tahapan untuk meraih cita-cita, Menuju kebahagiaan bersama Mercly kelak.

Siang itu Dokter baru saja memeriksa kesehatanku. dari wajahnya yang begitu cerah berbinar, aku dapat menebak bahwa kesehatanku sudah berangsur membaik.
“ Aku sudah sembuh Dok ? “ aku tidak sabar mendengar jawaban yang keluar dari mulut dokter itu.

“ Kamu sudah mulai sembuh nak, sepertinya ini suatu muzijat, karena kangker yang ada di paru-parumu selama ini, sudah hilang, tapi kamu masih butuh perawatan sampai kesehatanmu pulih kembali.”

Hatiku kini sudah terasa lega dan senang. ternyata doaku selama ini sudah dikabulkan olehNya.

“ Terimakasih Tuhan atas kesembuhan yang telah kau berikan untukku. ”
Jiwa ini terasa damai oleh muzijat Tuhan yang sangat luar biasa dan tak pernah bisa diselami atau ditebak oleh siapapun.

Tak sabar rasanya memberitahukan kesembuhan ini untuk Mercly, dia pasti senang mendengarnya, karena kesembuhanlah yang kami tunggu selama ini.

“ Kekasihku yang anggun, Dengarkanlah kata-kata yang sudah begitu lama kita nanti, Yaitu penyakit yang sudah lama bersamaku, Kini sudah meleleh dan hilang. ini semua karena doa dan keinginan kita untuk dapat selalu bersamamu. ”

Itulah kata-kata yang kukirimkan pada mercly saat itu, tetapi sudah berapa lama aku menunggu jawaban, namun tak kunjung datang. hingga malam tiba, sampai aku tertidur menunggu balasan darinya.

Disaat pagi aku terbangun dari tidurku, ternyata ada suatu pesan, aku sangat berharap itu datangnya dari Mercly, setelah kubuka, ternyata benar itu pesan dari Mercly.

“Duhai bang Jeck kekasihku yang tercinta. Aku senang mendengar kesembuhanmu, tapi aku berharap kau dapat melupakanku, Karena keluargaku tidak setuju atas hubungan kita. Mereka bilang aku tak bisa mencintai orang yang penyakitan, yang tak punya masa depan nantinya. Mereka sudah menjodohkanku dengan laki-laki lain dan memaksaku untuk menikah dengannya. “

Air mataku menetes, seperti hujan saat mentari masih menyinari bumi, dan tak dapat kubendung lagi. rasa benci, marah dan kata- kata yang tak pernah kuucapkan sebelumnya keluar begitu saja dari mulutku. kesedihanku bukan hanya pada diriku, tetapi juga melihat Mercly yang harus menikah dengan orang yang tidak pernah dia cintai sebelumnya. aku tak akan rela melihat dia menderita karena paksaan dari orangtuanya yang begitu berat ditujukan padanya.

“Prak…….”

Handphon yang tadinya kugenggam kubuang begitu saja. mencoba mengeluarkan semua amarah dan benci yang datang seketika itu juga.

“ Tuhan, hinanya diriku ini, digubris begitu saja, apakah aku ini memang manusia yang penyakitan yang tak pernah punya masa depan, dihina, dicela dan ditinggalkan begitu saja? ”

Melihatku kecewa, pipi Ayah basah oleh air mata, karena dari dulu Ayah sudah tahu hubunganku dengan Mercly, apalagi dia sangat menyetujuinya. melihat itu, aku semakin marah kepada keluarga Mercly, karena selama hidupku, aku tak pernah melihat Ayah meneteskan air mata, tapi hari ini air mata itu menetes membasahi pipinya yang sudah bertahun-tahun kering.

“ Amang, kamu yang sabar ya! mungkin dia bukan jodohmu, Ayah yakin kamu pasti mendapatkan yang lebih dari dia dan kamu harus janji pada Ayah, kamu harus semangat menjalani hidup ini dan melupakan masa lalumu bersama Mercly, karna Ayah akan semakin sedih mendengar masa depan kamu hancur karna dia. “

Kata-kata Ayah membuatku semakin menyadari arti semua cobaan ini, tapi melihat air mata Ayah aku tak tahan menahan amarah, hatiku semakin meraung-raung. andaikan aku Singa, aku akan merobek-robek dan menelan bulat-bulat lelaki yang berani merebut Mercly dariku, bahkan Ayah dan Ibu Mercly yang masih memiliki hubungan keluarga dengan kami, tega menghinaku serendah itu, rasanya aku ingin memutuskan hubungan keluargaku dengan keluarganya.

Tak berselang beberapa bulan pesan dari Mercly datang lagi, tapi pesan tersebut dikirimkan ke handphon Ayah. Handphonku pada saat itu sudah tak ada lagi, karena sudah kubuang bersama pesan-pesan dari mercly yang begitu banyak kusimpan di memori.

“ Bang Jeck , aku minta maaf sedalam-dalamnya untukmu, karena aku tak dapat menolak permintaan keluargaku, untuk menikah dengan lelaki yang tak pernah kukenal apalagi mencintainya, tapi keluargaku sangat bersikeras dan memaksaku supaya menikah dengannya. Mereka mengancamku, jika aku tak menikahinya aku akan diusir dan tak dianggap anak mereka lagi. Minggu depan kami akan melangsungkan pernikahan di Sumatera, mudah-mudahan abang bisa mencari penggantiku. Aku berharap abang datang pada acara pernikahan itu, karena jika abang datang, abang berarti sudah memaafkanku, karena maaf darimu akan mengurangi penderitaanku menikah dengan orang yang tak pernah kucintai, terutama harus berpisah darimu. ”

Pesan yang ditulis Mercly, Ayahku jugalah yang pertama membacanya. awalnya Ayah tidak berani memberitahukannya kepadaku, dia takut aku bisa berbuat nekad, tetapi Ayah tak mungkin bisa merahasiakannya dariku, karena suatu saat aku pasti mengetahuinya, apalagi pernikahan itu dilangsungkan di Sumatera, yaitu di kampung halaman kakek dan nenek Mercly yang tak jauh dari kampungku, Lagi pula keluargaku pasti akan diundang ke acara pernikahan itu, karena hubungan keluarga kami masih begitu dekat, disebabkan kakek Mercly dan nenekku masih kakak-beradik

Kini hatiku dapat sedikit lega oleh permohonan maaf yang tulus dari Mercly. tapi aku tak pernah bisa melupakan dia begitu saja, karena cinta yang sudah lama kami jalani sudah menggores setengah dari hatiku dan penuh apabila dia sudah menjadi miliku seutuhnya.

Pada hari pernikahan itu Ayah menyuruhku supaya tidak datang ke acara itu, aku tahu tujuan ayah, dia tak rela aku berlarut-larut dalam kesedihan, apalagi harus menyaksikan itu semua. tapi aku bersikeras, aku ingin melihat laki-laki yang menjadi pendamping mercly selamanya.

Kaki yang terasa berat untuk melangkah dan rasa kecewa kubawa bersama, kupaksa untuk berjalan, menyaksikan kekasihku dipersatukan dengan laki-laki lain yang tidak dicintainya.

Setiba disana, aku tersentak kaget melihat lelaki yang menikah dengan kekasihku itu, ternyata seorang politikus yang umurnya sudah begitu tua, muka yang bengis seraya parlente, selalu terpancar olehnya. itulah kata-kata yang pertama muncul dari pemikiranku ketika pertama melihatnya.

Amarahku menggelegar, ingin rasanya acara pernikahan itu kuhancurkan supaya Mercly tak jadi menikah dengannya, kemarahanku memuncak ketika dia mengecup kening Mercly, tepat dimana dulu aku menciumnya, tapi aku terpaksa menahan amarah itu. Aku tidak mau mempermalukan kedua orangtuaku.

Ketika usai pemberkatan, hatiku tak dapat berkata apa-apa lagi. Kini aku sadar usai pulalah harapanku untuk mendapatkan Mercly untuk bersama denganku selamanya. merelakannya, itu suatu paksaan yang harus kulakukan, karena aku tak dapat memungkiri itu.

Tidak jodoh, mungkin itulah kata yang dapat merangkum kisah cintaku bersama Mercly. dengan rasa yang sangat berat dan sedih aku terpaksa meninggalkan itu semua.
”Selamat tinggal mantan kekasihku sayang, semoga kau dapat berbahagia bersamanya”. Itulah kata-kata terakhir yang tercurah dari hatiku yang kelam.

Sigodang-Bandung, 2008

Biodata Singkat
De Ferdinan Saragih, lahir di Sigodang, Simalungun, 4 desember 1988. Belajar di jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI Bandung. Bergiat di komunitas Pengejakata. karyanya pernah di publikasikan di beberapa media, dan tergabung di dua buku antologi bersama.

Read more "Cerpen MENUSUK SUKMA..."

Sajak kepada yang Terpilih

JIKA JADI PEMIMPIN

suatu hari
dimana engkau di pilih menjadi pemimpin
bermain di atas kertas
lalu mulutmu bicara peraturan baru
kami hanya mengangguk setuju


suatu hari
di mana engkau di pilih menjadi pemimpin
memegang kendali
jangan hanya kau pertebal saku
kami akan siaga terpadu

suatu hari
di mana engkau di pilih menjadi pemimpin
lakukanlah amanat
maka kita akan selalu maju
membangun negri bersama

Bandung, 2009


SELAMAT

selamat
anda terpilih
menjadi pemimpin
satu pesan kami
jangan selingkuh
dari janjijanji

2009

BIODATA SINGKAT
De Ferdinan Saragih, lahir di Sigodang, Simalungun, 4 desember 1988. Belajar di jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI Bandung. Bergiat di komunitas Pengejakata. karyanya pernah di publikasikan di beberapa media, dan tergabung di dua buku antologi bersama.

Read more "Sajak kepada yang Terpilih..."
 

Followers

Sponsorq

Buku Tamu


ShoutMix chat widget

Grey Floral ©  Copyright by Blog Ferdinan | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks